Ranking 5 merk Smartphone terlaris di Indonesia 2019 (kuartal 2)
Perusahaan market research & analyst ternama, Canalys, pada bulan Agustus 2019 ini telah merilis laporan pertumbuhan industri smartphone di Indonesia pada kuartal kedua (Q2) 2019, yaitu data penjualan smartphone sepanjang bulan April-Juni 2019
NOTE: Bagi yang ingin melihat ranking pada tahun 2018 bisa lihat di link ini
OPPO kini telah naik tahta menjadi Raja
Setelah pelantikannya sebagai raja sempat dinubuatkan oleh para nabi & peramal di tahun lalu, akhirnya kini wahyu telah tergenapi dan saat ini OPPO telah bertengger di puncak tahta sambil mengacungkan tongkat komandonya di atas singgasana.
Produsen asal China yg terkenal dengan slogan “Camera Phone” itu kini mampu mendominasi pangsa pasar sebesar 26% di pasar smartphone di Indonesia. Dibandingkan dengan Q2 2018, maka pertumbuhan OPPO pada Q2 2019 ini mengalami kenaikan sebesar +54%.
Pangsa pasar OPPO pada Q2 2019 ini juga bertambah sebanyak +34% jika dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2018 dimana pangsa pasar OPPO masih berada di angka 19,5%.
Prestasi OPPO di tahun ini benar-benar luar biasa karena OPPO yg semula berada di peringkat 3 mampu menggilas semua rivalnya untuk naik ke peringkat 1.
Peluncuran OPPO F11 & OPPO Reno selama bulan Maret-April 2019 sepertinya terbukti mampu mendongkrak banyak market share ponsel yg sangat digandrungi & dipuja-puja kaum hawa & pecinta selfie ini.
Samsung terguling dari singgasananya
Kejatuhan sang raja tua memang telah dinubuatkan tahun lalu di artikel ini, dan memang ramalan itu telah menjelma jadi realita.
Setelah Samsung puas tertawa-tawa selama bertahun-tahun, mereguk anggur kemenangan diatas singgasananya yg mulai berkarat, akhirnya pada kuartal ke-2 tahun 2019 ini Samsung mulai mabuk & tersandung sendiri oleh jubah kebanggaannya hingga akhirnya tersungkur jatuh ke posisi nomer 2.
Produsen Smartphone asal Korea itu kini hanya mampu meraih pangsa pasar sebesar 24%, dengan pertumbuhan sebesar +10% pada Q1 2018 jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017 lalu.
Meski demikian, jika dibanding pangsa pasarnya pada akhir tahun 2018 yg ada di angka 25,4%, pangsa pasar Samsung jelas terlihat mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2019 ini.
Pangsa pasar Samsung yg makin hari makin menyusut akibat tergerus digerogoti ponsel china seperti Xiaomi, OPPO, dan VIVO, membuat Samsung resah karena masa depannya di Indonesia tidak bakal se-indah tahun-tahun sebelumnya.
Xiaomi tersungkur di hutan bambu
Bila pada tahun 2018 yg lalu produsen asal negeri tirai bambu ini mampu menorehkan prestasi emas di tanah air dengan menempati peringkat ke-2, kini manisnyya anggur kemenangan itu tak dirasakan lagi oleh Xiaomi.
Tahun 2019 ini, Xiaomi tersungkur jatuh di hutan bambu sehingga pangsa pasarnya kini melorot jadi cuma 19,5%. Ini berarti penurunan sebesar -9% jika dibandingkan kuartal yg sama tahun sebelumnya.
Pangsa pasar Xiaomi juga terlihat mengalami penurunan -5% jika dibandingkan kondisinya di akhir tahun 2018 yg masih mampu mencatatkan pangsa pasar sebesar 20,5%.
Sepertinya peluncuran Xiaomi Redmi Note 7 di awal Januari 2019, tidak banyak mendongkrak pangsa pasar Xiaomi. Mungkin konsumen Indonesia mulai jenuh dengan seri Redmi Note yg model designnya selalu tertinggal selangkah dibanding OPPO dan VIVO.
Xiaomi mungkin harus segera sadar bahwa konsumen Indonesia tidak cuma mendewakan spek, namun juga tampilan fisik.
Namun menurunnya penjualan Xiaomi di Indonesia lebih banyak disebabkan karena kehadiran pendatang baru, Realme yg gencar menggempur segmen kelas bawah yg selama ini berkontribusi cukup besar untuk penjualan Xiaomi.
VIVO meroket drastis sebanyak 62%
Seperti sebelumnya, peringkat ke-empat masih ditempati oleh VIVO, yang juga masih agresif melakukan kampanye di TV untuk mencitrakan dirinya sebagai “Camera Phone” seperti halnya OPPO.
Secara brand image, merk VIVO terdongkrak citranya semenjak menjadi sponsor utama Piala Dunia 2018 di Rusia.
Namun kini VIVO tidak hanya gencar kampanye & propaganda saja, tapi VIVO juga melakukan banyak inovasi di produk terbarunya, sehingga kini dengan harga setara dengan OPPO, fitur yg ditawarkan lebih unggul (misal VIVO V15 Pro lebih unggul drpd OPPO F11 Pro).
Kombinasi Inovasi & kampanye yg masif tersebut, telah membuat VIVO mampu memperoleh pangsa pasar sebesar 15% yg berarti peningkatan sebanyak +62% dibanding periode yg sama tahun 2018.
Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2018 dimana market share nya berada di angka 15,9%, maka pada kuartal kedua tahun 2019 ini market sharenya boleh dibilang turun tipis.
Namun dibanding kompetitor lainnya, VIVO adalah yg mengalami peningkatan pertumbuhan YoY terbesar, yaitu meroket sebanyak +62%.
Ini tentu berkat kesuksesan seri VIVO V15 yg dirilis pada Februari 2018 dan telah banyak membuat pengguna OPPO murtad dan akhirnya bersimpuh di pangkuan VIVO. Karena secara spek VIVO V15 Pro memang lebih unggul daripada OPPO F11 Pro yg harganya sama.
Realme menjadi bocah kemarin sore yg mampu menghakimi Xiaomi
Sedari awal & semenjak semula, Realme merupakan sub-Brand OPPO yg dilahirkan untuk menghakimi ponsel di segmen kelas bawah. Di tahun 2018 yg lalu Advan adalah merk lokal yg mampu bercokol di posisi ke 5 terlaris. Namun kehadiran Realme yg mulai hadir di Indonesia sejak akhir tahun 2018, mulai menggerogoti calon konsumen Advan dan ponsel murah lainnya seperti Xiaomi.
Realme yg identik dengan “bagi yg tak mampu beli OPPO & VIVO” merupakan ponsel murah yg dibuat oleh produsen yg sama. Namun fitur, design, dan speknya meniru kedua saudaranya yg menyandang merk lebih bergengsi.
Sekalipun secara merk Realme merupakan “bocah kemarin sore”, namun konsumen tahu bahwa itu adalah dari produsen yg sama dengan OPPO dan VIVO. Oleh karena itu Realme lebih mudah mendapatkan kepercayaan konsumen ketimbang merk dari produsen tidak jelas.
Karena ponsel Realme ditawarkan dengan harga yg cukup miring dengan fitur & spek mendekati OPPO & VIVO, maka sudah jelas bocah kemarin sore ini mampu menghakimi siapapun yg bermain di segmen kelas bawah, entah itu Advan atau Xiaomi sekalipun
Kehadiran Realme jelas menghancurkan Advan dan Xiaomi yg juga aktif menggarap kelas bawah. Advan yg tahun 2018 posisinya peringkat 5 kini jelas terdepak, sementara Xiaomi yg semula berada di peringkat 2 kini harus melorot jadi peringkat 3 akibat penghakiman yg ditimpakan oleh Realme kepadanya.
Sebagai pendatang baru, Realme secara fantastis berada di peringkat 5 dengan meraih pangsa pasar sebesar 7%. Nyaris 2x lebih besar dari penguasaan pangsa pasar oleh Advan di tahun 2018 dulu yg cuma 4,1% saja.
Trio-Gangbang: BBK mendominasi industri smartphone di Indonesia & dunia
Sekalipun Samsung secara merk masih bertengger di posisi #2, namun sesungguhnya secara produsen, Samsung sudah kalah jauh penjualannya oleh produsen China.
Kita harus ingat bahwa OPPO & VIVO & Realme berasal dari 1 produsen yg sama, yaitu BBK Electronic yg bermarkas di Chang’an, Dongguan, RRC.
BBK Electronic adalah produsen China yg telah lama bermain di industri ponsel & elektronik, dan di Amerika dikenal dengan produk Memorex dan Philco.
Karena sudah lama bermain di industri elektronik di Amerika, atas saran konsultan pakar marketing Amerika, brand OPPO dulu peluncuran perdananya di Amerika, menggandeng artis-artis Amerika pula, walaupun tujuannya untuk dipasarkan di Asia. Dan strategi marketing “ala amerika” tersebut terbukti mujarab, karena negara kapitalis seperti Amerika adalah gudangnya pakar marketing yg mampu mendongkak produk dari sebuah negara komunis.
Dari tabel penjualan diatas terlihat bahwa jumlah gabungan pangsa pasar OPPO+VIVO+Realme adalah sebesar 48% (26% + 15%+7%) yg berarti lebih besar dibanding pangsa pasar Samsung yg kini bahkan cuma sebesar 24%.
Penguasaan pangsa pasar 48% itu artinya separuh dari ponsel yg terjual di Indonesia adalah buatan BBK Electronic.
Pada akhir tahun 2018, penjualan Realme memang belum membuatnya masuk daftar TOP 5. Namun kini pada kuartal ke-2 tahun 2019, pangsa pasar Realme sudah membesar dan mengikuti kesuksesan saudara-saudaranya yaitu OPPO & VIVO.
Oleh karena itu gabungan keroyokan ketiga “Trio-Gangbang” ini jelas membuat Samsung terkapar berdarah-darah dengan lubang menganga.
Sesungguhnya secara market Global, sejak September 2017 Samsung memang sudah dikalahkan oleh BBK Electronic yg notabene adalah produsen OPPO+VIVO+Realme. Oleh karena itu era tumbangnya Samsung di Indonesia memang akan & telah terjadi.
Namun berbeda dengan di negara lain, di Indonesia penguasaan pasar oleh BBK Electronic nyaris mendominasi separuh dari penjualan ponsel di tanah air. Saat ini tidak ada yg dapat menyelamatkan diri dari gempuran “Triple Gangbang” yg dilakukan oleh OPPO+VIVO+Realme.
Samsung yg semula raja pun akhirnya bersimpuh & bertekuk lutut dalam kondisi ringsek.
Hanya Tuhan sendiri yg dapat menyelamatkan Samsung dari kejatuhannya yg semakin parah, tapi itu berarti harus Tuhan sendiri yg turun untuk menolong. Itupun kalau Tuhan mau.
Suka gaya tulisan nya yang unik dan menarik.
Tapi Samsung sekarang juga udah tidak terlalu mahal menurutku. Samsung A10S cuma 1.6 juta tapi udah dual camera dll, tidak kalah dengan Vivo y12 yang harga jualnya sama.