Duel CPU 6-core Intel & AMD harga Rp.2 juta tahun 2023 : Core i5 11400F vs Ryzen 5 5600
DAFTAR ISI:
Halaman 1: Pembahasan Ryzen 5 5600 & Core i5 11400F serta berbagai prosesor 6-core & prosesor di segmen harga Rp.2 juta
Halaman 2 : Review berbagai motherboard untuk Ryzen 5 5600 & Core i5 11400F
Halaman 3 : Uji kompatibilitas Ryzen 5 5600 dengan motherboard “jaman purba” & cooler berusia 20 tahun
Halaman 4 : Pengujian Benchmark & Kesimpulan
Metode Pengujian Benchmark
Perbandingan kinerja yg dilakukan adalah dalam kondisi default/standard baik untuk prosesor Intel maupun AMD, agar mencerminkan kondisi out-of-the-box yg dirasakan mayoritas konsumen.
Perbandingan yg dilakukan bukan dalam kondisi overclock ataupun power limit dinaikkan melalui setingan di menu Overclock pada BIOS, yg dapat mengakibatkan temperatur meningkat drastis, konsumsi listrik menjadi jauh lebih boros 2X lipat, dan lebih membebani/memperpendek umur motherboard & prosesor, yg belum tentu mau dilakukan mayoritas pengguna.
Jadi misalkan mau membandingkan kinerja Core i5 11400F yg tidak standard (power limitnya dinaikkan) tentu harus dengan Ryzen 5 5600 yg kondisinya juga di-overclock agar adil, dan hasilnya biasanya sangat relatif berbeda-beda tergantung kondisi yg tidak sama antara tiap hardware, sehingga hasilnya malah tidak bisa dijadikan patokan.
Sedangkan kalau membandingkan Ryzen 5 5600 dalam kondisi standard dari AMD, tentu juga harus dengan Core i5 11400F yg kondisi power limitnya juga standard dari Intel agar adil juga, dan hasilnya tentu akan lebih seragam sesuai spek pabrikan & lebih bisa dijadikan patokan umum untuk perbandingan.
Semua pengujian dalam artikel ini dilakukan dalam kondisi Default/Standard dari Intel & AMD, agar mencerminkan & mewakili apa yg akan dirasakan mayoritas konsumen.
CPU:
Intel Core i5 11400F
AMD Ryzen 5 5600
AMD Ryzen 5 3600 & 5500 (keduanya adalah prosesor seharga Rp.1,5 juta sebagai pembanding tambahan karena banyak dipakai orang. Kinerja keduanya kurang lebih sama)
CPU cooler:
AIO Water Cooling Deep Cool LS520 SE
AIO Water Cooling Deep Cool L240 V2 RGB
AIO Water Cooling Corsair H100 RGB
Scythe Infinity (cooler AMD jaman purba berusia 20 tahun) + fan ID-Cooling RGB
VGA card:
Colorful i-Game Geforce RTX 3080 10GB
Motherboard:
Asrock B450/B450M Steel Legend (untuk pengujian benchmark)
Asrock B560M Pro 4 (untuk pengujian benchmark)
Gigabyte X370 (hanya untuk pembuktian uji kompatibilitas Ryzen 5 5600 dengan motherboard jaman purba yg bisa mensuport Ryzen mulai dari seri 1000-5000)
Memory:
Team Delta RGB
Geil Evo II RGB
PSU:
Corsair & FSP (550w, 650w, 750w, 850w)
Ini merk ternama yg sudah tidak perlu dipertanyakan lagi untuk PSU
Fan:
ID-Cooling RGB & Dark Flash RGB
Semua PC ReviewLand menggunakan 2 merk itu untuk fan CPU dan fan casing.
Casing:
Dark Flash
Ini adalah merk casing yg harganya cukup terjangkau untuk konsumen Indonesia, tapi kualitas materialnya bagus (tebal) & cukup terkenal di luar negeri, bahkan juga ada dijual di Amerika Serikat.
Sebagian besar PC di testing center ReviewLand menggunakan casing Dark Flash.
Mengapa ReviewLand selalu melakukan pengujian menggunakan casing?
Karena 99.9% konsumen ketika membeli PC pasti menggunakan casing.
Pengujian tanpa casing (open bench) adalah pengujian yg tidak mencerminkan realita yg dialami konsumen dan seharusnya penguijian semacam ini diharamkan.
Menguji PC dengan kondisi tanpa casing adalah sesuatu yg tidak realistis, karena bukan seperti itu kondisi PC yg akan diterima mayoritas konsumen.
Standard pengujian game
Semua game ditest dengan resolusi 1080p setingan rata kanan (bukan rata kiri) agar mencerminkan realita sesungguhnya, dimana setingan rata kanan selalu menjadi patokan sekaligus idaman para gamer yg menginginkan kualitas grafis terbaik.
Resolusi 1080p dijadikan patokan karena mayoritas gamer memakai monitor 22″-24″yg resolusinya 1080p, dan banyak pula yg mengkoneksikan PC nya ke LEDTV 42″ di ruang tamu yg resolusinya juga kebanyakan 1080p.
Data statistik penjualan monitor di Indonesia menyatakan bahwa 1080p adalah resolusi yg dipakai Mayoritas gamer Indonesia.
Pengujian yg realistis adalah yg mewakili Suara Mayoritas. Karena itulah resolusi 1080p yg dijadikan standard pengujian, karena resolusi 1080p mencerminkan & mewakili Jeritan Suara Kaum Mayoritas.
Platform yg dipakai untuk pengujian prosesor Ryzen 5 5600 :
Motherboard Asrock B450 Steel Legend dengan AIO Deep Cool LS520 SE yg merupakan AIO generasi terbaru keluaran Deep Cool, dan dilengkapi fitur Anti-Bocor seperti tipe-tipe sebelumnya.
Platform yg dipakai untuk pengujian prosesor Core i5 11400F :
Motherboard Asrock B560M Pro4 dengan AIO Corsair H100 RGB. Meski AIO Corsair tidak memiliki teknologi Anti-Bocor seperti Deep Cool, namun AIO Corsair juga dipakai oleh test center ReviewLand, karena AIO Corsair garansinya paling lama dibanding produk lainnya (5 tahun). Jadi kalaupun bocor pasti diganti baru AIO-nya, tapi untuk komponen lainnya yg rusak akibat kebocoran tentu resiko ditanggung sendiri.
Videocard yg digunakan untuk pengujian :
Colorful i-Game RTX 3080 digunakan untuk pengujian Ryzen 5 5600 & Core i5 11400F. Seri i-Game adalah tipe berkualitas dari merk Colorful yg kastanya diatas tipe standard. Garansi resmi Colorful 3 tahun, lebih panjang ketimbang kebanyakan merk VGA lainnya. Bila membeli VGA merk Colorful, pastikan yg seri i-Game karena kualitasnya setara/bahkan diatas merk ternama. Kastanya setara seri “Gaming X” kalau di MSI, namun dengan garansi resmi Colorful yg lebih panjang (MSI cuma 2 tahun)
Pengujian 3D rendering
Ketika seseorang membeli prosesor 6-core, maka sudah pasti aspek kinerja Rendering, Encoding, Video editing, dan Muti Tasking menjadi pertimbangan utamanya. Karena sekencang-kencangnya prosesor 4-core (misal Core i3 12100F) pasti akan tetap terjungkal di kinerja rendering ketika dihadapkan dengan prosesor 6-core dengan harga setaranya. Selain itu beberapa game (terutama game kategori AAA) juga mulai banyak yg mengoptimalkan penggunaan prosesor 6-core ke atas, sehingga para gamer pun mulai banyak yg melirik & mempertimbangkan prosesor 6-core.
Selama ini prosesor 4-core lebih banyak difavoritkan kalangan gamer online (karena harganya lebih murah), namun diharamkan penggunaannya bagi orang-orang yg menggeluti dunia rendering, encoding, video editing, dan kegiatan content creation yg memakai banyak aplikasi sekaligus (multi tasking).
Cinebench R23
Cinebench R23 yg merupakan penerus Cinebench R20, merupakan benchmark yang paling populer dan menjadi kiblat pengujian bagi umat di seluruh dunia yang ingin mengetahui kinerja prosesornya.
Hasil benchmark Cinebench R23 mencerminkan kinerja prosesor pada software Maxon Cinema 4 Suite yg merupakan aplikasi 3D content creation & rendering paling populer di Industri Profesional dan juga industri film Holywood.
Cinebench/Cinema 4D adalah software yg dibikin oleh Maxon, sebuah produsen software asal Jerman
Beberapa perusahaan besar yg menggunakan software Cinema 4D adalah: Walt Disney, Fox Entertainment, NBC media company, Samsung, Apple, dll.
Software Cinema 4D cukup populer digunakan di Industri Profesional dan industri film Holywood.
Berbagai film bioskop ternama dibuat menggunakan software Maxon Cinema 4D Studio, antara lain: Spiderman 3, Iron Man, Furious 7, Pacific Rim, War of the Worlds, Inception, Van Helsing, Doom, Beowulf, Golden Compass, Polar Express, dll.
Ryzen 5 5600 = 10782/1458
Ryzen 5 3600 = 8887 /1204
Core i5 11400F = 7265/1379
.
Cinebench R15
Cinebench R15 merupakan benchmark prosesor yang sudah populer sejak jaman purba dan menjadi alat ukur bagi yg ingin mengetahui kinerja prosesornya.
Sekalipun sudah dirilis versi R20 dan R23 yang lebih baru, namun versi R15 tetap disukai banyak orang karena membutuhkan waktu benchmark yang lebih cepat dan tidak selama Cinebench R23.
Hasil benchmark Cinebench R15 ini juga bisa dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan kinerja prosesor generasi terbaru dengan generasi lama yg dulu ditestnya masih menggunakan Cinebench R15
Ryzen 5 5600 = 1853/239
Ryzen 5 3600 = 1531/188
Core i5 11400F = 1402/216
.
V-Ray
V-Ray adalah aplikasi 3D rendering ternama yg sangat populer karena kompatibel sebagai plugin 3D render untuk software-software ternama seperti Autodesk 3ds Max, Maya, Cinema 4D, Google SketchUp, Unreal Engine dan Blender.
Oleh karena itu hasil benchmark V-Ray ini sangat penting dan wajib dijadikan acuan bagi 3D designer/content creator yg mencari kinerja prosesor terbaik pada software yg disebutkan diatas.
Berbeda dengan Cinebench yg hanya mencerminkan kinerja pada 1 aplikasi 3D saja (Maxon Cinema 4D), V-Ray benchmark mencerminkan kinerja prosesor pada lebih banyak sofware-software 3D populer dan ternama, bahkan plug in V-Ray juga tersedia untuk Cinema 4D juga.
Ryzen 5 5600 = 12479
Ryzen 5 3600 = 9916
Core i5 11400F = 9366
.
LuxMark
Benchmark LuxMark mencerminkan kinerja render aplikasi 3D yg berbasis OpenCL.
LuxRender adalah software 3D render yg sekalipun gratis/freeware namun suport Multi-GPU layaknya software berbayar, dan cukup populer juga di segmen freeware.
Metode Rendering yg diujikan dipilih yg murni menggunakan kekuatan CPU dan bukan GPU
LuxMark (Hotel)
Ryzen 5 5600 = 1299
Ryzen 5 3600 = 1078
Core i5 11400F = 955
LuxMark (HDR Ball)
Ryzen 5 5600 = 4282
Ryzen 5 3600 = 3525
Core i5 11400F = 3492
Pengujian aplikasi content creation & multimedia
Geekbench 5 (64bit)
Geekbench merupakan aplikasi lintas platform yang sangat populer dan menjadi barometer untuk mengukur kinerja hardware dengan berbqgai macam jenis aplikasi yang umum.
Software buatan Primate Lab asal Canada ini memisahkan antara test single-core dan multi-core, sehingga kita bisa tahu kinerja prosesor pada kondisi single-tasking maupun multi-tasking dengan menggunakan berbagai aplikasi & software yang disimulasikan oleh benchmark ini.
Ryzen 5 5600 = 8243/1505
Core i5 11400F = 7768/1541
Ryzen 5 3600 = 6713/1219
Dalam pengujian Geekbench terlihat bahwa sekalipun Core i5 11400F mampu unggul atas Ryzen 5 3600 yg kastanya memang lebih rendah & lebih murah, namun masih belum bisa mengalahkan Ryzen 5 5600.
Pengujian sintetik gaming benchmark
Pengujian sintetik benchmark adalah pengujian yg sifatnya teoritis untuk mengetahui apakah secara spesifikasi teknis sebuah prosesor bagus kinerjanya untuk game.
3D Mark sendiri bukanlah game, namun secara teoritis mampu mencerminkan kinerja prosesor ketika menjalankan game, khususnya kalkulkasi physics pada game yg memang mengandalkan kekuatan CPU.
3DMark Firestrike (CPU/Physics score)
Dari hasil tes Physics Score terlihat bahwa Ryzen 5 5600 jauh lebih unggul kinerjanya ketimbang Core i5 11400F. Ini artinya secara teori, Ryzen 5 5600 adalah pilihan CPU yg lebih cocok bagi para gamer ketimbang Core i5 11400F.
Core i5 11400F bahkan dipermalukan oleh Ryzen 5 5500 yg secara kelas harga jauh lebih murah dibanding Core i5 11400F.
Sementara itu Ryzen 5 3600 terlihat masih kalah tipis dibanding Core i5 11400F. Sehingga para gamer fans AMD sebaiknya memilih Ryzen 5 5500 ketimbang Ryzen 5 3600. Dan bila ingin peningkatan kinerja gaming yg jauh lebih banyak, tentu Ryzen 5 5600 adalah pilihan yg tepat.
Ryzen 5 5600 = 23756
Ryzen 5 5500 = 21965
Core i5 11400F = 19864
Ryzen 5 3600 = 18484
Walaupun kapasitas L3 cache Ryzen 5 3600 lebih besar (32MB) dibanding Ryzen 5 5500 (cuma 16MB). Namun kinerja single core Ryzen 5 5500 cukup jauh diatas Ryzen 5 3600, sehingga mampu mengkompensasi kapasitas L3 cache yg lebih kecil. Karena itulah kinerja overall gaming Ryzen 5 5500 bisa sedikit diatas Ryzen 5 3600 yg harganya sama-sama berkisar Rp.1,5 juta.
Sedangkan Ryzen 5 5600 lebih unggul segala-galanya, karena selain kinerja single corenya lebih kencang lagi, kapasitas L3 cache juga besar (32MB), sehingga secara kinerja jelas jauh diatas Ryzen 5 3600/5500, namun dengan harga di kisaran Rp. 2 juta yg sebetulnya hanya lebih mahal Rp.500 ribuan saja dibanding Ryzen 5 3600/5000.
Pengujian Game
Bila pengujian 3D Mark Firestrike Physics Score sifatnya adalah teoritis teknis (karena bukan game betulan), maka pengujian menggunakan game betulan adalah gambaran realita yg sesungguhnya dari kinerja prosesor ketika menjalankan game yg seringkali memiliki optimalisasi untuk prosesor merk tertentu. Ada game yg dioptimalkan untuk prosesor AMD dan ada game yg dioptimalkan untuk Intel. Semua tergantung kerjasama (kongkalikong) antara produsen CPU dengan developer game itu.
Untuk pengujian game, yg dijadikan pembanding tambahan adalah Ryzen 5 5500 dan bukan Ryzen 5 3600, karena secara pengujian teoritis di 3D Mark pun juga sudah jelas terlihat bahwa kinerja gaming Ryzen 5 5500 lebih unggul dibanding Ryzen 5 3600. Secara harga keduanya sama-sama berkisar Rp. 1,5 juta, jadi gamer yg terkendala budget, sudah layak & sepantasnya memilih Ryzen 5 5500 dan bukan Ryzen 5 3600 bila memang tak mampu membeli Ryzen 5 5600 yg harganya di kisaran Rp.2 juta.
Dari hasil pengujian menggunakan 9 game berat yg cukup populer, terlihat Ryzen 5 5600 jauh lebih kencang ketimbang Core i5 11400F di semua game. Realita ini tentu sesuai dengan teori yg digambarkan oleh hasil score 3D Mark Firestrike sebelumnya.
Pada game betulan, bahkan Ryzen 5 5500 yg notabene harganya jauh lebih murah ketimbang Core i5 11400F, mampu mempermalukan prosesor Intel tersebut di hampir semua game. Hanya 2 game saja yaitu Cyber Punk 2077 & Forza Horizon 5 dimana Core i5 11400F bisa unggul tipis atas Ryzen 5 5500. Namun untuk mengejar Ryzen 5 5600 tentu sangatlah mustahil bagi Core i5 11400F, karena beda kinerjanya terlalu jauh, ibarat Beda Kasta, sekalipun harga keduanya hampir sama.
Bila mengacu pada pengujian sintetik Physics Score 3D Mark Firestrike sebelumnya, secara teoritis Ryzen 5 5500 seharusnya masih lebih unggul di game ketimbang Core i5 11400F. Jadi kalau ada game dimana Ryzen 5 5500 kalah, itu pastilah karena game tersebut dioptimalkan untuk prosesor Intel. Namun jumlah game semacam itu tidak banyak karena kebanyakan game sekarang ini justru banyak yg dioptimalkan untuk AMD Ryzen. Ini bisa terlihat dari banyaknya game yg menampilkan logo AMD.
Namun pada game yg dioptimalkan untuk prosesor Intel sekalipun (misal Cyber Punk 2077 dan Forza Horizon 5), tetap saja mustahil bagi Core i5 11400F untuk bisa mengalahkan Ryzen 5 5600, karena selisih kinerjanya terlampau jauh dibawah prosesor AMD tersebut (optimalisasi & kongkalikong pun tidak akan bisa menyelamatkan prosesor yg kinerjanya terlalu “beda kasta”).
Sedangkan pada game yg dioptimalkan untuk prosesor AMD (misal Horizon Zero Dawn, AC Valhalla, God of War, Red Dead Redemption 2, dan masih banyak lagi) bahkan Ryzen 5 5500 saja sudah cukup jauh meninggalkan Core i5 11400F.
Battlefield V (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 203 fps
Ryzen 5 5500 = 193 fps
Core i5 11400F = 185 fps
Forza Horizon 5 benchmark (1080p High)
Ryzen 5 5600 = 157 fps
Core i5 11400F = 146 fps
Ryzen 5 5500 = 144 fps
Mafia Definitive Edition (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 147 fps
Ryzen 5 5500 = 140 fps
Core i5 11400F = 138 fps
God of War (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 135 fps
Ryzen 5 5500 = 128 fps
Core i5 11400F = 124 fps
Far Cry 6 (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 135 fps
Ryzen 5 5500 = 127 fps
Core i5 11400F = 127 fps
Horizon Zero Dawn benchmark (1080p Ultimate)
Ryzen 5 5600 = 130 fps
Ryzen 5 5500 = 120 fps
Core i5 11400F = 113 fps
Red Dead Redemption 2 (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 120 fps
Ryzen 5 5500 = 115 fps
Core i5 11400F = 110 fps
Cyber Punk 2077 (1080p Ultra)
Ryzen 5 5600 = 111 fps
Core i5 11400F = 105 fps
Ryzen 5 5500 = 102 fps
Assassin Creed Valhalla benchmark (1080p Very High)
Ryzen 5 5600 = 109 fps
Ryzen 5 5500 = 104 fps
Core i5 11400F = 100 fps
AMD cukup intensif merangkul banyak developer game. Ini terlihat dari banyaknya game yg menayangkan logo AMD Ryzen di splash screen nya. Pada banyak game yg ada logo AMD Ryzen nya (alias disponsori AMD) biasanya kinerjanya akan cenderung lebih baik di prosesor AMD ketimbang Intel di kelas yg sama. Begitu pula sebaliknya.
Sudah bukan rahasia lagi, game yg disponsori produsen hardware tertentu, kinerja gamenya akan dioptimalkan untuk hardware yg mensponsori game itu, dan kinerja game tersebut akan anjlok atau bahkan tidak stabil (sering crash) bila yg digunakan bukan hardware yg mensponsori game itu, alias produk kompetitornya.
Penggembosan kinerja maupun ketidakstabilan biasanya memang merupakan suatu bentuk “Hukuman” bagi para Gamer yg menolak menggunakan produk hardware yg mensponsori suatu game, dan tradisi kongkalikong semacam itu sudah dilakukan sejak dulu oleh produsen CPU maupun GPU bersama para developer game.
Jadi ketika seorang gamer menolak menggunakan merk prosesor yg mensponsori suatu game, maka mereka dianggap sebagai “pendosa” yg layak & pantas “dihukum & dihakimi” dengan penurunan kinerja (atau bahkan ketidastabilan) pada game itu .
Oleh karena itu kalau seorang Gamer tidak mau dihukum seperti layaknya seorang pendosa, sebaiknya Tunduk, Bersujud & Patuh menggunakan prosesor yg logonya ditampilkan di suatu game.
Bagi programmer/developer game, membuat kinerja prosesor tertentu jadi lebih baik atau lebih buruk adalah semudah menekan tombol penghakiman.
Di tangan para developer game itulah “optimalisasi” terhadap hardware tertentu bisa dilakukan, dan semua itu tentu tergantung kongkalikong & kesepakatan antara developer game & produsen hardware.
Karena itulah, CPU maupun GPU yg secara teoritis spek hardwarenya unggul untuk game, bisa saja dalam realitanya kinerjanya jadi anjlok drastis, bila produsennya malas merangkul developer game & pelit berkontribusi terhadap pengembangan game tersebut.
Harap dicamkan, di dunia ini teori & realita memang belum tentu sama. Makanya ada sarjana S2 yg berakhir tragis jadi ojek di warung pangku, sementara ada lulusan SD yg sukses jadi konglomerat dan bersemayam di istana emas.
Itu suatu bukti bahwa keunggulan teknis semata tidak menjamin kesuksesan dalam realita kehidupan. Kita tetap harus melihat realitanya di lapangan akhirnya seperti apa, karena fakta membuktikan bahwa Kongkalikong juga merupakan salah satu faktor penentu keunggulan dalam realita kehidupan.
Core i5 11400F bahkan kalah dibanding Ryzen 5 5600 yg terpasang di motherboard “jaman purba”
Core i5 11400F sejatinya adalah lawan tanding bagi Ryzen 5 5600 di kelas harga Rp.2 juta. Namun prosesor intel gen 11 ini secara tragis bahkan dipermalukan oleh Ryzen 5 3600 lawas & Ryzen 5 5500 yg secara kasta & harga jelas dibawahnya.
Kekalahan fatal yg dialami Core i5 11400F ini tak lain adalah karena kelemahan arsitetur Intel yg terbatas di teknologi manufaktur 14nm.
Sehingga kinerja standar Core i5 11400F oleh Intel terpaksa harus dibatasi (Power Limit) bila tidak ingin kepanasan (overheat) atau bahkan menjebolkan komponen VRM (voltage regulator module) motherboard akibat konsumsi watt yg terlalu tinggi.
Sementara itu prosesor AMD seperti Ryzen 5 5600 tidak memiliki masalah serupa, karena sejak Ryzen seri 3000 pun AMD telah mengadopsi teknologi manufaktur 7nm yg lebih irit daya & tetap adem untuk kinerja yg lebih tinggi.
Karena itulah Ryzen 5 5600 aman-aman saja dipasang di motherboard jaman purba tanpa khawatir merusak komponen VRM motherboard.
Mungkin ada yg bertanya bagaimana kinerja Core i5 11400F bila dihilangkan Power Limitnya? Kinerjanya tentu akan naik (layaknya prosesor yg di-overclock), meski tetap belum bisa mengalahkan kinerja standard Ryzen 5 5600. Namun akibat menghilangkan Power Limit itu, Core i5 11400F akan menjadi sangat panas yg sulit ditoleransi CPU Cooler mainstream & konsumsi dayanya bahkan bisa tembus 150 Watt yg mampu membebani (memperpendek usia) komponen VRM motherboard. Harap diingat bahwa banyak motherboard yg VRM nya tidak dirancang untuk bisa melewati 100 watt.
Karena itulah, oleh Intel kinerja standard Core i5 11400F dibatasi dengan Power Limit, yg konsekuensinya adalah kinerja standardnya menjadi loyo alias impoten, hanya demi temperatur bisa adem dan agar tidak merusak komponen VRM motherboard.
Mayoritas konsumen tentu saja akan merasakan kinerja standard Core i5 11400F yg loyo itu. Apalagi yg menggunakan cooler standard ataupun motherboard kelas mainstream pasti hanya bisa merasakan kinerja standard yg loyo itu.
Sementara itu pada prosesor AMD Ryzen, tidak ada hal-hal konyol yg menyebabkan ke-loyo-an semacam itu, karena Ryzen 5 sejak seri 3000 sudah mengadopsi teknologi 7nm. Jadi kinerja standardnya tetap kencang tanpa didera masalah panas maupun konsumsi daya, dan tanpa harus membahayakan komponen VRM motherboard. Tapi kalau mau kinerja Ryzen lebih kencang lagi diatas standardnya, tinggal melakukan overclock (tentu dengan resiko/konsekuensi yg sama seperti prosesor Intel yg dihilangkan Power Limitnya).
Karena itulah kalau mau membandingkan Core i5 11400F yg dihilangkan Power Limitnya adalah dengan Ryzen 5 5600 yg di-overclock, yg tentunya semakin memupuskan harapan Core i5 11400F. Karena Core i5 11400F tanpa Power Limit sekalipun kinerjanya tetap belum bisa mengalahkan Ryzen 5 5600 dalam kondisi standard (tidak di-overclock).
Core i5 11400F adalah salah satu contoh “kegagalan design” (akibat limitasi arsitektur 14nm), ibarat Mobil Sport yg kecepatan standardnya terpaksa harus dibatasi jadi cuma sekencang Avanza hanya karena produsennya takut dikomplain kustomer karena mesinnya dapat terbakar & meledak bila tidak dibatasi kecepatan maximumnya.
Akibat keterbatasan arsitektur 14nm itulah akhirnya Core i5 11400F kinerja standardnya dipermalukan & dijadikan bulan-bulanan oleh prosesor yg lebih murah seperti Ryzen 5 3600 dan Ryzen 5500. Core i5 11400F bahkan hanya bisa berkhayal & bermimpi saja untuk bisa mengalahkan Ryzen 5 5600 yg harganya sama-sama di kisaran Rp.2juta, karena perbedaan kinerja standard keduanya sangat kontras sekali.
HARGA SAMA TAPI BEDA KASTA
Perbedaan kinerjanya ibarat Majikan yg Maha Mulia & Hamba Sahaya yg Hina Dina
Walaupun harga Ryzen 5 5600 dan Core i5 11400 sama-sama berkisar Rp.2 juta, namun selisih perbedaan kinerja standardnya sangat jauh, bahkan seperti “beda kasta”. Perbedaan kinerja kedua prosesor itu ibarat seorang Majikan yang Maha Mulia & seorang Hamba Sahaya yg Hina Dina.
Semua pengujian dalam kondisi standard telah membuktikan bahwa Core i5 11400F jatuh tersungkur dalam kehinaan sebagai seorang Hamba Sahaya yg bersujud di bawah kaki Ryzen 5 5600 yg bertahta di singgasana emas dalam keagungan dan kemuliaan.
Core i5 11400F tersungkur & bersujud di kaki Ryzen 5 5600. Kekalahan telak prosesor intel itu disaksikan oleh Ryzen 5 5500 dan Ryzen 5 3600 yg kastanya lebih rendah namun terbukti mampu mengimbangi Core i5 11400F di banyak benchmark.
Konon sudah tertulis & telah diwahyukan di dalam kitab suci para Raja-Raja segala bangsa, bahwa sebaik-baiknya kemenangan adalah ketika yang kalah harus menyembah & bersujud untuk dihakimi di bawah kaki sang pemenang.
AWAKEN FROM GRAVE