REVIEWLAND.COM®

Duel ponsel android 2023 harga Rp.4juta – Rp.5juta : Samsung A33 5G, Oppo Reno8 T 4G, Vivo V23 5G, Xiaomi Redmi Note 11 Pro 5G, Realme 10 Pro 5G

Halaman 1 : Ponsel terlaris di kelas Rp.4 juta-Rp.5 juta & Ranking penjualan ponsel
Halaman 2 : Review Xiaomi Redmi Note 11 Pro 5G
Halaman 3 : Review Samsung A33 5G
Halaman 4 : Review Realme 10 Pro 5G
Halaman 5 : Review Oppo Reno8 T 4G
Halaman 6 : Review Vivo 23 5G
Halaman 7 : Perbandingan benchmark kinerja, fast charging, stamina batere
Halaman 8 : Kesimpulan, Ponsel China yg bukan betulan China, Mengapa Huawei dilaknat

Siapa pemenang dalam duel ini?

Kelima ponsel yg direview & ditandingkan di halaman sebelumnya masing-masing memiliki keunggulan & kelemahan yg semuanya itu bisa dianggap sebagai Anugerah atau Musibah tergantung pada kebutuhan pemiliknya.
Konsumen yg membeli ponsel yg ternyata speknya tidak sesuai kebutuhannya (akibat buta informasi atau akibat rayuan SPG & jampi-jampi para sales), berarti bisa disebut tertimpa musibah. Karena dengan uang yg sama seharusnya konsumen tersebut bisa mendapatkan ponsel yg lebih sesuai dengan kebutuhannya.

Karena itulah dalam artikel ini diulas lengkap review keunggulan & kelemahan masing-masing ponsel tanpa ada yg ditutup-tutupi, agar konsumen bisa menyesuaikan sendiri dengan kebutuhannya.

Reviewer ponsel bukanlah Sales ponsel, jadi reviewer tidak boleh & tidak berhak menyuruh konsumen membeli ponsel yg mana. Tapi reviewer sangat boleh & sangat berhak untuk memberitahu kejelekan (dan keunggulan) ponsel-ponsel yg akan dibeli konsumen.

Harap dimaklumi kalau ada Salesman menutupi kelemahan suatu ponsel, karena itu memang tugas mereka, dan mereka digaji untuk berjualan.
Tapi kalau ada Reviewer ponsel menutupi atau tidak membahas kelemahan suatu ponsel, maka sesungguhnya mereka layak dilaknat ke dasar neraka jahanam, dan lebih baik alih profesi jadi sales ponsel saja, karena profesi sales malah lebih terhormat & lebih mulia ketimbang reviewer gadungan!

Yang jelas kelima ponsel yg direview disini sama-sama tipe best-selling di kelas Rp.4-5juta, dengan segala keunggulan maupun kelemahannya, karena kebutuhan tiap orang juga berbeda.
Kebutuhan kaum hawa, content creator, youtuber, vlogger, taksol, ojol, dan kaum “Pascol”, jelas berbeda semuanya.
Jadi keputusan ada di tangan anda, karena anda telah mendapatkan informasi lengkap mengenai keunggulan & kelemahan masing-masing ponsel dari artikel ini.

Kalau anda sudah tahu ponsel mana yg paling cocok untuk anda, tinggal cari salesman paling ramah atau SPG paling cantik yg mungkin bisa plus-plus, tanpa perlu banyak cingcong lagi untuk menanyakan soal spek, karena seorang sales tentu tidak akan pernah obyektif dalam hal spek, dan itu sesuatu yg sangat wajar & sangat bisa dimaklumi. Seorang sales justru akan lebih senang kalau anda langsung membeli (karena sudah mengerti) tanpa mereka harus menjelaskan lagi hingga berbusa-busa dan ternyata anda tidak jadi beli.

 

Semenjak bergabung dengan Intel, Mediatek kini kastanya setara Qualcomm.

Cukup banyak ponsel di kelas harga Rp.4 -5 jutaan yg mengandalkan prosesor Mediatek asal Taiwan. Dulu Mediatek dikenal sebagai prosesor untuk ponsel kasta kelas bawah yg selalu panas & loyo kinerjanya. Namun semenjak Mediatek melakukan merger dengan Intel di tahun 2020, kini kinerja prosesornya mampu menandingi Qualcomm terutama untuk kelas ponsel seri menengah (Rp.4-5juta). Di kelas ponsel harga Rp.4-5 juta ini jelas terlihat bahwa prosesor Mediatek Dimensity 920 (digunakan pada Vivo V23 5G) jauh lebih tinggi kinerjanya ketimbang prosesor Qualcomm Snapdragon 695 5G yg banyak digunakan ponsel di kelas harga itu.
Apalagi semenjak tahun 2022, Mediatek mulai membikin prosesornya di pabrik Intel (Intel Foundry Service). Jadi kini nama besar prosesor Intel ada di belakang nama Mediatek.

Jadi kalau anda menyebut nama Mediatek, itu berarti sesungguhnya di alam bawah sadar bibir anda telah mengucapkan nama Intel yg merupakan produsen prosesor ternama asal Amerika Serikat.

 

Ponsel China yg bukan betul-betul China

Masih ada saja orang menganggap rendah ponsel merk China. Padahal sesungguhnya ponsel merk China seperti Oppo, Vivo, Realme, Xiaomi hanyalah sekedar merk China saja, tapi isinya komponen-komponen dari perusahaan Amerika, Jepang, Korea, dan Taiwan. Bahkan ke-4 merk ponsel China itu tidak ada yg berisikan komponen utama dari perusahaan China.

Karena prosesor yg digunakan oleh ponsel China seperti Oppo, Vivo, Realme, dan Xiaomi selalu buatan Qualcomm (Amerika) dan Mediatek (Perusahaan Taiwan yg kini membikin prosesornya di pabrik Intel Amerika).
Hanya Huawei saja yg ngotot menggunakan prosesor buatan negara China sendiri (HiSilicon Kirin) dan akibatnya Huawei telah dilaknat & kandas.

Kamera yg digunakan oleh ponsel China juga selalu buatan Sony (Jepang), Samsung (Korea), dan OmniVision (Amerika). Bahkan pada ponsel China yg memiliki 3 -4 kamera, semuanya berasal dari produsen yg berbeda-beda agar setiap produsen kamera baik Sony, Samsung maupun Omnivision semuanya “kecipratan rejeki”.
Jadi sesungguhnya ponsel China seperti Oppo, Vivo, Realme, dan Xiaomi bisa dibilang hanya design casing, design spek, & merknya saja yg China, tapi komponen-komponen utama didalamnya didominasi komponen dari perusahaan Amerika, Jepang, Korea, dan Taiwan.

Bahkan software UI ponsel merk China  banyak yg dibikin oleh insinyur software yg berasal dari Amerika. Karena orang negara China umumnya memiliki kendala bahasa ketika merancang UI & Interface. Karena itulah Oppo sering membuka lowongan pekerjaan software engineer di Amerika. Selain itu karena OS Android sendiri memang software buatan perusahaan Amerika (Google) maka pengembangan software ponsel China juga banyak melibatkan perusahaan Amerika.

Sama halnya dengan ponsel Samsung. Isinya kebanyakan komponen dari perusahaan Amerika (Qualcomm) dan Jepang (Sony). Contohnya adalah Samsung A33 5G yg menggunakan prosesor Exynos 1280 buatan Samsung sendiri, namun 3 buah kameranya ternyata menggunakan kamera buatan Jepang semua (Sony IMX).
Padahal Samsung sebetulnya juga bisa membuat kamera sendiri. Bahkan kamera Samsung (ISOCELL) banyak dipakai oleh ponsel Xiaomi dan Vivo. Namun dalam konsep “Kemamuran bersama segala bangsa” adalah “Haram hukumnya” bila sebuah produk berisikan komponen bikinan negaranya sendiri semua.
Sebuah produsen yg berambisi untuk menjadi “serakah & egois” dengan menggunakan seluruh komponen buatan negaranya sendiri akan dilaknat ke dasar neraka jahanam, seperti Huawei contohnya.

Karena itulah tipe ponsel Samsung yg kameranya bikinan Samsung sendiri (ISOCELL) biasanya tidak akan menggunakan prosesor Exynos buatan Samsung sendiri, tapi menggunakan prosesor buatan Amerika (Qualcomm). Begitu pula sebaliknya, pada tipe ponsel Samsung yg menggunakan prosesor bikinan Samsung sendiri (Exynos), maka kameranya tidak menggunakan buatan Samsung juga, tapi pakai kamera buatan Jepang (Sony), contohnya di Samsung A33 5G.

Prosesor Samsung Exynos juga tidak pernah digunakan di ponsel selain merk Samsung sendiri, karena Samsung biasanya sudah men-supply chip storage/ROM dan juga layar AMOLED untuk banyak ponsel merk lain. Perlu diingat bahwa komponen layar AMOLED nilainya sekitar 30% dari nilai sebuah ponsel, jadi pada ponsel-ponsel yg layarnya buatan Samsung maka untuk prosesornya digunakan komponen dari negara lain, misalnya Amerika (Qualcomm) atau Taiwan (Mediatek). Inilah cerminan prinsip “Kemakmuran bersama segala bangsa” yg juga memenuhi azas keadilan.

Salah satu alasan utama ponsel merk China (Oppo,Vivo,Xiaomi,Realme) bisa mendunia (seperti Samsung yg juga mendunia) adalah karena isinya ponsel China adalah komponen-komponen buatan Amerika, Jepang, Korea, dan Taiwan. Karena ini sesuai dengan falsafah “Kemakmuran bersama segala bangsa” atau umum dikenal dengan konsep “Spread the Wealth”.
Begitu ada ponsel China yg berambisi menggunakan komponen buatan China semua, maka nasibnya akan tragis seperti Huawei karena dianggap serakah, egois, dan sombong. Sebuah produk yg isinya murni buatan 1 negara saja akan dianggap sebagai simbol keserakahan, ke-egoisan, dan kesombongan suatu negara, sehingga dianggap sangat layak & sangat pantas untuk dilaknat, karena tidak sesuai dengan falsafah “Kemakmuran bersama segala bangsa”.

 

Ponsel China merk Oppo, Vivo, Xiaomi, Realme bisa terkenal & laris di seluruh dunia karena menggunakan komponen buatan Amerika, Jepang, Korea dan Taiwan. Sementara Huawei yg selalu ngotot & berambisi menggunakan semua komponen dari China akhirnya malah terlaknat & hancur penjualannya, akibat egois & serakah tidak mau menganut prinsip “Kemakmuran untuk segala Bangsa”

Semakin besar ambisi suatu bangsa/negara untuk memiliki produk yg semuanya murni bikinan negara/bangsanya sendiri, maka akan semakin keras palu godam penghakiman ditimpakan untuk melaknat mereka. Karena ambisi semacam itu melawan prinsip & falsafah “Kemajuan bersama segala bangsa”, dimana suatu produk haruslah merupakan hasil kolaborasi dari banyak bangsa/negara.

Huawei selalu berambisi untuk menciptakan ponsel yg semuanya komponen bikinan negara China sendiri, karena itulah mereka dilaknat, dan memang sudah layak & sepantasnya “kesombongan & ke-egoisan” semacam itu diganjar dengan hukuman sepadan.

Sementara itu ponsel China seperti Oppo, Vivo, Realme, Xiaomi tertawa mereguk anggur kemenangan bersama-sama dengan segala bangsa. Karena ke-4 ponsel merk China itu merupakan produk kolaborasi berbagai negara dan cerminan prinsip “Kemakmuran bersama segala bangsa”.

Barangsiapa memegang teguh prinsip “Kemakmuran Bersama Segala Bangsa” maka dia akan diganjar dengan Kehormatan, Kemuliaan dan Keagungan, yaitu peringkat penjualan Global yg sangat bagus seperti yg dialami Oppo, Vivo, Xiaomi dan Realme.  Sementara barangsiapa yg serakah & egois akan dilaknat & dihinakan seperti Huawei, yg di Indonesia pun kondisi ponselnya terlaknat & terhinakan secara penjualan.

 

Bedah isi ponsel Huawei menunjukkan “keserakahan” yg membuatnya dilaknat

Huawei merupakan produsen yg sangat berambisi membuat ponsel dengan komponen semua dari negara China alias “All China”. Sebuah ideologi bernuansa ke-egoisan & keserakahan dan sangat bertentangan dengan prinsip “Kemakmuran untuk segala bangsa”.
Hal ini terbukti pada ponsel Huawei produksi 2020 yg dibongkar anatominya, terlihat bahwa komponen-komponen utama yg nilainya tinggi sudah berasal dari perusahaan China semua. Ponsel Huawei ini dulu dibandrol di harga kisaran Rp.9 juta.

Dari bedah anatomi ponsel itu terlihat bahwa untuk komponen layar, Huawei tidak mau lagi menggunakan layar OLED buatan Samsung, karena Huawei ngotot menggunakan layar buatan perusahaan China bernama BOE.  Sekalipun teknologi layar BOE masih dibawah Samsung, namun Huawei tetap ngotot mengganti layar OLED Samsung (Korea) dengan layar OLED buatan BOE (China), tentu saja karena nilai dari komponen layar sangatlah berharga, yaitu 30% dari harga produksi suatu ponsel.
Seharusnya dengan kontribusi keuntungan yg sudah besar dari layar OLED ini, Huawei memberi kesempatan pada negara lain untuk mengisi komponen lainnya, karena mainboard maupun batere Lithium juga sudah pasti dari China dimana kontribusi batere nilainya sekitar 10% terhadap biaya produksi ponsel.

Namun karena serakah & egois, Huawei juga menggunakan komponen Prosesor Kirin buatan perusahaan China (HiSilicon). Perlu diingat bahwa komponen Prosesor porsi nilainya juga sangat besar di sebuah ponsel, yaitu sekitar 30% dari harga produksi suatu ponsel. Padahal kalau dalam prinsip “Kemakmuran segala Bangsa” seharusnya Huawei menggunakan komponen prosesor buatan negara lain, yaitu Amerika (Qualcomm) atau Taiwan (Mediatek) yg justru lebih populer. Sebab layar ponsel Huawei itu sudah dari negara China, dimana nilai komponen layar kontribusinya sudah 30% sendiri dari harga produksi sebuah ponsel, yg artinya sudah 70% nilai komponen ponsel Huawei berasal dari perusahaan China (layar+prosesor+batere).

Tapi keserakahan Huawei ternyata tak hanya berhenti sampai disitu, karena komponen chip 5G yg porsi nilainya juga besar ternyata lagi-lagi menggunakan buatan perusahaan China pula. Hanya komponen chip 4G & chip komunikasi nya saja yg disisakan untuk perusahaan Amerika (Qorvo & Qualcomm), dan chip semacam ini bukanlah komponen yg nilainya besar, bahkan sangat murah harganya dan konstribusinya cuma 2% saja dari harga suatu ponsel.

Layar, Prosesor, chip 5G, dan batere itu nilainya termasuk paling besar dalam suatu ponsel, dan Huawei bertindak serakah & egois dengan memilih perusahaan China untuk semua komponen yg nilainya besar ini.
Akibat dari keputusan yg serakah & egois dari Huawei itu, porsi komponen dari Amerika nilainya cuma 2%-5% saja dari harga ponsel Huawei itu (karena prosesornya bukan lagi Qualcomm Snapdragon tapi HiSilicon Kirin). Porsi komponen yg disisakan oleh Huawei untuk suplier dari perusahaan Amerika hanyalah komponen yg murah saja, bahkan nilainya cuma 2% saja (karena chip 4G Qorvo & chip komunikasi Qualcomm harganya sangat murah). Sementara untuk komponen dari negara lain seperti Korea & Jepang juga porsi nilainya tidak akan bisa besar, karena nilai komponen-komponen yg mahal (layar, prosesor, chip 5G) sudah didominasi dari perusahaan China semua.

Padahal ponsel seperti iPhone, Samsung, dan juga ponsel China seperti Oppo/Vivo/Xiaomi/Realme selalu diproduksi sesuai dengan prinsip “Kemakmuran bersama segala Bangsa” dan menenuhi azas keadilan dalam proporsi/komposisi negara pembuat komponennya.
Huawei mencoba merusak azas keadilan itu dengan berambisi menggunakan komponen utama dari negara China semua (bahkan berkoar-koar membanggakan ke-egoisan semacam itu), karena itulah Huawei dilaknat hingga hancur penjualannya.

“Karena sesungguhnya barangsiapa yg berbuat tidak adil, maka kepadanya akan ditimpakan ketidakadilan juga”

Keserakahan & ke-egoisan seperti yg dilakukan oleh Huawei memang sangat layak & sangat pantas mendapatkan laknat & murka Tuhan. Hingga sekarang ponsel Huawei dilarang menggunakan OS Android yg membuatnya dijauhi konsumen dan otomatis penjualannya hilang dari banyak negara. Ponsel Huawei hanya bisa laku di negara China sendiri, namun ponsel terlaris #1 di China adalah Vivo, bukan Huawei.

Kehancuran Huawei membuktikan bahwa Tuhan maha adil dan akan menimpakan tulah & musibah bagi orang-orang yg serakah & tidak adil pula.
Hanya orang-orang bermental serakah saja yg membela Huawei dan ngotot memuja ponsel Huawei. Karena orang serakah akan membenarkan & memuja keserakahan.

Dulu Xiaomi ketika pertama kali masuk ke Indonesia juga sempat dilaknat oleh Pemerintah Indonesia karena Xiaomi ngotot tidak mau menggunakan komponen lokal Indonesia, dan Xiaomi bahkan tidak mau bikin pabrik perakitan di Indonesia. Xiaomi saat itu maunya Indonesia langsung import ponsel yg diproduksi di negara China. Namun setelah Pemerintah Indonesia melaknat dengan mengayunkan tongkat & palu penghakimannya, akhirnya Xiaomi “mau berbagi kemakmuran dengan negara lain”, dan kini penjualannya Xiaomi bisa menempati peringkat 4 di Indonesia.

Dari kisah penghakiman yg dialami Huawei & Xiaomi, kita bisa belajar bahwa Pedang Penghakiman yg Maha Adil itu sangat layak & sangat pantas diayunkan kepada mereka yg serakah & egois, serta tidak mau menganut prinsip “Kemakmuran untuk segala Bangsa”.

Budz Kay

REVIEWLAND.COM

 

Halaman 1 : Ponsel terlaris di kelas Rp.4 juta-Rp.5 juta & Ranking penjualan ponsel
Halaman 2 : Review Xiaomi Redmi Note 11 Pro 5G
Halaman 3 : Review Samsung A33 5G
Halaman 4 : Review Realme 10 Pro 5G
Halaman 5 : Review Oppo Reno8 T 4G
Halaman 6 : Review Vivo 23 5G
Halaman 7 : Perbandingan benchmark kinerja, fast charging, stamina batere
Halaman 8 : Kesimpulan, Ponsel China yg bukan betulan China, Mengapa Huawei dilaknat

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Review Gadget & Teknologi

Review SmartphoneReview Camera & LensaReview Console & Portable Gaming         The Eye of RE         Review PC & LaptopReview PC & LaptopReview PC & Laptop

"In Hoc Signo Vides"
Behold The Eye of RE